Kamis, 06 Februari 2014

Guru Kehidupan



Seorang teman yang saya kagumi kepribadiannya dan secara tidak langsung mengajarkan kepada saya menjadi manusia yang baik. Secara fisik tidak terlihat menarik, gaya bicaranyapun tidak memperlihatkan seperti seorang yang intelek, penampilannyapun sederhana,  tapi melihatnya membuat hati senang, kehadirannya selalu dirindukan orang-orang disekelilingnya, karena tutur katanya yang sopan dan indah didengar, dalam pergaulan sehari-haripun sangat ringan sekali dalam membantu kesulitan orang-orang disekitarnya. Berada disisinya terasa nyaman, tidak ada ajakan untuk ghibah, secara tidak langsung hal tersebut mengajarakan pada saya begitulah menjadi orang yang berakhlak mulia.
Dari kecil guru-guru kita selalu mengajarkan kebaikan, bagaimana memaafkan orang lain, bagaimana menolong sesama, bagaimana bertutur yang baik, bagaiman membahagiakan orang lain tapi tidak banyak dari kita dapat menerapkan hal itu karena kita hanya mendengarkan dari telinga kanan dan keluar dari telinga kiri. Termasuk dari tidak sedikitnya orang yang bisa mengamalkan kebaikan tersebut adalah saya.
Teman yang saya ceritakan di atas secara tidak langsung mengajarkan kepada saya bagaimana menjadi orang yang baik dan menyenangkan, kadang kita memang perlu tinggal disekeliling orang baik agar menjadi baik, karena pelajaran kebaikan hanya dengan disampaikan oleh guru saja tidak cukup.
Saya sangat bahagia sekali di takdirkan oleh Allah berada disekitar orang-orang seperti yang saya ceritakan tersebut dan saya yakin semua orang pasti bahagia apabila ada disekitar orang tersebut. Trus apalagi yang harus kita lakukan??? Mari menjadi pribadi seperti orang tersebut dengan begitu akan banyak orang yang menjadi baik tanpa harus di ajari kebaikan.




Senin, 17 Juni 2013

Mengajar Yang Menyenangkan


Shobakhal khoir (selamat pagi)….. kata itulah yang mengawali hari-hari saya mengajar setelah mengucapkan salam, kenapa harus menggunakan bahasa Arab? Karena saya adalah guru bahasa Arab, baik di MI (Madrasah Ibtidaiyah) ataupun di MTS (Madrasah Stanawiyah). Tidak sedikit dari murid-murid saya yang menganggap bahasa Arab adalah pelajaran yang sama menyeramkannya dengan matematika atau bahkan ada yang menganggap lebih menyeramkan dari matematika, saya tidak heran dengan hal itu, karena dulu ketika di bangku sekolah saya juga mengalami hal tersebut.
Memaksakan murid untuk menyukai bahasa Arab dengan cara sering memberikan tugas kalau murid tidak mengerjakan maka saya sebagai guru menghukum adalah kesalahan yang besar karena hal itu bukan membuat murid menjadi suka dan memahami bahasa arab tapi malah membuat mereka takut pada saya sebagai guru dan membuat mereka malas masuk sekolah, dan yang paling menyeramkan lagi mereka takut dengan bahasa arab sehingga mereka memilih pindah sekolah yang tidak ada pelajaran bahasa Arab.
Hal yang harus saya lakukan agar murid-murid menyukai bahasa arab adalah dengan mengajar yang menyenangkan sehingga mereka merasa pelajaran bahasa arab adalah pelajaran yang menyenangkan, hal itu saya lakukan dengan mengajar menggunakan berbagai metode permainan dan game-game seru tentunya dalam bermain game tetap menggunakan bahasa arab atau kadang juga ketika mengajar di tingkat MI saya mengajak anak-anak menghafal kosa kata bahasa Arab sehingga mudah bagi mereka untuk menghafal kosa kata.

Rabu, 08 Mei 2013

Profesi Guru


Ibu       : Nak nanti kalau sudah besar mau jadi apa?
Anak   : Jadi guru
Ibu       : cita-cita kok jadi guru, cita-cita itu jadi dokter, insinyur atau pengacara
Obrolan tersebut saya dengar ketika saya sedang ada di kantor sekolah, seorang ibu yang sedang berbincang dengan anaknya, ibu anak tersebut teman saya yang juga berprofesi sebagai seorang guru, saya heran kenapa masih banyak orang yang menganggap remeh profesi guru bahkan dari kalangan guru sendiri. Mungkin karena tidak ada ceritanya guru menjadi orang kaya seperti dokter, insinyur atau pengacara.
Gaji yang didapatkan guru memang tidak sebesar dokter, insinyur ataupun pengacara tapi jangan lupa bahwa dokter, insyinyur ataupun pengacara lahir dari didikan para guru, saya heran mengapa masih banyak guru yang tidak bangga dengan profesinya, masih banyak guru yang tidak percaya diri dengan profesinya, mungkin itu adalah guru yang tidak menjalankan profesinya dengan hati mereka menjadi guru karena tidak ada pekerjaan lain sehingga merasa guru adalah profesi yang rendah